Rabu, 08 Oktober 2008

Sosiologi - Tipe- Tipe Lembaga Masyarakat

Tipe- tipe lembaga masyarakat :

  1. Crescive institutions dan enacted institutions merupakan klasifikasi dari sudut perkembangannya. Cresive institutions yang juga disebut lembaga- lembaga paling primer merupakan lembaga- lembaga yang secara tak disengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat. Contohnya ialah hak milik, perkawinan, agama, dst. Enacted institutions dengan sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya lembaga utang- piutang, lembaga perdagangan, dan lembaga- lembaga pendidikan, yang semuanya berakar pada kebiasaan- kebiasaan dalam masyarakat. Pengalaman melaksanakan kebiasaan- kebiasaan tersebut kemudian disistematisasi dan diatur untuk kemudian dituangkan kedalam lembaga- lembaga yang disahkan oleh negara.
  2. Dari sistem nilai- nilai yang diterima masyarakat, timbul klasifikasi atas basic institutions dan subsidiary institutios. Basic institutions dianggap sebagai lembaga kemasyarakatan yang yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Dalam masyarakat indonesia, misalnya keluarga, sekolah- sekolah, negara, dan lain sebagainya dianggap sebagai basic institutions yang pokok. Sebaliknya ialah subsidiary institutions yang dianggap kurang penting seperti misalnya kegiatan- kegiatan untuk rekreasi. Ukuran yang dipakai untuk menentukan suatu lembaga kemasyarakatan dianggap sebagai basic institutions atau subsidiary institutions berbeda di masing- masing masyarakat. Ukuran- ukuran tersebut juga tergantung dari masa hidup masyarakat tadi berlangsung. Misalnya sirkus pada zaman Romawi dan Yunani kuno dianggap sebagai basic institutions; pada dewasa ini kiranya tak akan dijumpai suatu masyarakat yang masih mempunyai keyakinan demikian.
  3. Dari sudut penerimaan masyarakat dapat dibedakan approved atau social sanctioned institutions dengan unsanctioned institutions. Approved atau social sanctioned institutions merupakan lembaga- lembaga yang diterima masyarakat seperti misalnya sekolah, perusahaan dagang, dll. Sebaliknya adalan unsanctioned institutions yang ditolak oleh masyarakat, walau kadang- kadang masyarakat tidak berhasil memberantasnya. Misalnya kelompok penjahat, pemeras, pencoleng, dan sebagainya.
  4. Perbedaan antara general institutions dengan restricted institutions timbul apabila klasifikasi tersebut didasarkan pada faktor penyebarannya. Misalnya agama merupakan suatu general institutions, karena dikenal oleh hampir semua masyarakat dunia. Sementara itu, agama Islam, Protestan, Katolik, Buddha, dll merupakan restricted institutions karena dianut oleh masyarakat- masyarakat tertentu di dunia ini.
  5. Berdasarkan fungsinya, terdapat perbedaan antara operative institutions dan regulative institutions. Operative institutions berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola- pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti misalnya lembaga industrialisasi. Regulative institutions, bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri. Suatu contoh ialah lembaga- lembaga hukum seperti kejaksaan, pengadilan, dan sebagainya.

Klasifikasi tipe- tipe lembaga kemasyarakatan tersebut menunjukkan bahwa di dalam setiap masyarakat akan dijumpai bermacam- macam lembaga kemasyarakatan. Setiap masyarakat mempunyai sistem nilai yang menentukan lembaga kemasyarakatan yang dianggap sebagai pusat dan kemudian dianggap berada di atas lembaga- lembaga kemasyarakatan lainnya. Pada masyarakat totaliter, umpamanya, negara dianggap sebagai lembaga kemasyarakatan pokok yang membawahi lembaga- lembaga lainnya seperti keluarga, hak milik, perusahaan, sekolah, dan lain sebagainya. Akan tetapi, pada setiap masyarakat paling tidak akan dapat dijumpai pola- pola yang mengatur hubungan antara lembaga- lembaga kemasyarakatan tersebut. Sistem pola hubungan- hubunga tersebut lazimnya disebut institutional-configuration. Sistem tadi, dalam masyarakat yang masih homogen dan tradisional, mempunyai kecenderungan bersifat statis dan tetap. Lain halnya dengan masyarakat yang sudah kompleks dan terbuka bagi terjadinya perubahan- perubahan sosial kebudayaan, sistem tersebut sering kali mengalami kegoncangan- kegoncangan. Karena dengan masuknya hal- hal baru, masyarakat biasanya juga mempunyai anggapan- anggapan baru tentang norma- norma yang berkisar pada kebutuhan pokoknya.

Tidak ada komentar: